1.15.2011

Silaturahim ke Semarang

Beberapa bulan ini kartuislami tidak pernah update. Banyak hal yang membuat kami vakum bersama kartuislami, dipanggilnya orangtua kami rahimahullah oleh Sang Khalik merupakan peristiwa yang membuat kami harus lebih bersabar dalam mengarungi kehidupan. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala mengampuni dosa kedua orangtua kami, menerima amal ibadah mereka, melapangkan kuburnya, dan mempertemukan kami di surga Nya kelak.


Beberapa hari lalu kami menyempatkan silaturahim ke beberapa kerabat di sekitar Semarang, ibukota provinsi Jawa Tengah Indonesia selama sepekan. Suasana terasa berbeda dengan Yogyakarta, dari perbedaan cuaca hingga suasana religi. Yang pertama adalah; yang kami ketahui selama tinggal di Yogyakarta, panggilan untuk shalat adalah adzan sedangkan di daerah utara Jawa sebelum adzan ada tanda lagi. Hal yang agak membingungkan bagi kami.

Beberapa jama'ah shalat wajib tidak memanfaatkan waktu antara adzan dan iqomah untuk berdo'a, padahal Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda yang artinya, "Do'a yang tidak tertolak adalah do'a yang dipanjatkan antara adzan dan iqomah." (HR. Abu Dawud, At Tirmidzi, dishahihkan oleh Al Albany dalam Shahih Sunan At Tirmidzi no. 212) Entah apa yang dikerjakan mereka, yang jelas tidak melakukan shalat sunnah maupun berdo'a kepada Allahu Ta'ala.

Ketiga adalah Shof tidak rapat. Hal yang sama juga terjadi di beberapa tempat di Yogyakarta, namun tidak separah di satu masjid di Grobogan dimana kami melaksanakan ibadah Jum'at. Masjid tersebut sudah terpasang karpet sajadah, karpet tersebut ada gambar masjid yang biasanya menandakan "kapling" untuk satu orang. Jama'ah masing-masing "mengkapling" satu tempat. Ada juga yang datang shalat Jum'at masih membawa sajadah, bahkan ada yang membawa sajadah dengan lebar 80 cm! Sangat berbeda dengan di Yogyakarta dimana "kapling" pada karpet diabaikan, karena jika mengikutinya maka shof tidak bisa rapat. Biasanya karpet yang digunakan masjid buatan Turki yang ukuran "kapling" lebih lebar dari tubuh manusia Indonesia,

Sibuk berjabat tangan daripada berdzikir. Rangkaian ibadah seusai shalat wardhu adalah berdzikir, bukan berdo'a maupun berjabat tangan. Pernahkah kita mengetahui hadits shahih yang memerintahkan setelah shalat adalah berjabat tangan? Jika hadits tersebut ada maka kita mengamalkannya, namun jika tidak ada kita tidak boleh melakukannya. Hampir semua jama'ah shalat sibuk berjabat tangan kiri-kanan-belakang-depan. Itu tidak hanya terjadi pada shalat Jum'at saja tapi juga shalat fardhu.

Satu hal yang miris saat kami ke salah satu masjid di pusat kota Semarang. Saat itu tiba waktu shalat ashar. Benar-banar mengecewakan, masjid besar di pusat kota ternyata imam shalat saat itu tidak bisa melafalkan takbir dengan benar, na'udzubillah. Berbeda dengan Masjid Kampus UGM dimana imam benar-benar dipilih dengan pendidikan S-2, bacaan dan hafalan Al Qur'annya pun bagus. Demikian juga saat shalat maghrib di daerah Palebon. Imam shalat maghrib saat itu bacaan surat Al Fatihah nya salah. Apakah tidak ada orang lain yang lebih 'alim? Separah itukah pengetahuan agama mayoritas muslim di Indonesia?

Terakhir adalah perbedaan masjid di Yogyakarta dengan masjid di sepanjang jalan Yogyakarta - Semarang (juga beberapa masjid di kota Semarang) adalah komersialisasi. Selama kami shalat di masjid-masjid Yogyakarta belum pernah kendaraan kami ditarik retribusi parkir. Meskipun mendapat kartu parkir namun semua gratis, hanya kotak infaq yang tersedia di pintu gerbang, tidak mengisi pun tak mengapa . Di Magelang, Jambu, Ambarawa, dan di satu masjid kota Semarang kami terkena retrbusi parkir. Yang agak mengherankan adalah ke toilet pun terkena retribusi? Toilet di mall seberang jalan dimana masjid berdiri malah gratis.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala selalu memberi petunjuk kepada kita agar selalu di jalan yang benar.
Washallallahu  'ala nabiyyina Muhammadin wa'ala alihi washahbihi ajma'in.

No comments:

Post a Comment